3/20/13
Sampul Depan

  • Judul
    Terjemahan :  Dalih Pembunuhan Massal_Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
    Asli : Pretext from Mass Murder_The September 30th Movement and Soeharto's Coup d'Etat In Indonesia
  • Penulis : John Roosa
  • Tahun : 2008
  • Halaman : 390
  • Penerbit : Institut Sejarah Sosial Indonesia
  • Kota Terbit : (Jakarta)
  • ISBN : 978-979-17579-0-4
GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 MERUPAKAN RIAK KECIL DITENGAH SAMUDERA BESAR REVOLUSI (SOEKARNO)

Buku-buku sejarah selama rezim Orba menyajikan peristiwa penting didalam tatanan sejarah bangsa Indonesia. Gerakan 30 September 1965 dianggap sebagai makar terhadap kekuasaan pada saat itu, rezim Orla pimpinan Soekarno. Dengan segera setelah kelompok G 30 S memproklamirkan diri pada 1 Oktober 1965 melalui radio RRI, Soeharto yang pada saat itu berpangkat Mayor Jenderal berhasil menumpasnya dalam waktu sekejap tanpa perlawanan berarti. Selanjutnya, orang-orang yang diduga terlibat, diberangus bahkan dibinasakan tanpa proses peradilan. Orang-orang yang diduga memiliki hubungan dengan G 30 S harus menderita selama kurang lebih 32 tahun sepanjang rezim Orba. Setelah kejatuhan rezim Orba pada 1998, secara perlahan hak-hak mereka sebagai manusia dan warga negara Indonesia dipulihkan. Meskipun demikian, penderitaan dan kepedihan selama 32 tahun tidaklah serta merta hilang.

Sangat sedikit buku sejarah yang mengulas percobaan penggulingan kekuasaan oleh kelompok G 30 S tanpa menyertakan PKI sebagai dalangnya. Menurut aturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung pada 2007, buku-buku sejarah harus menyertakan PKI sebagai dalang dari Gerakan 30 September 1965. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka buku tersebut harus dimusnahkan (jika sudah beredar) dan tidak boleh diterbitkan (jika belum beredar). 

Salah satu buku yang dilarang beredar di Indonesia yaitu Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Buku ini tidak menyertakan PKI sebagai dalang utama dari gerakan tersebut, melainkan mengkaji keterkaitan PKI serta jalannya Gerakan 30 September 1965. John Roosa, seorang sejarawan bergelar Doctor dari International Studies di University of California-Berkeley melalui penelitiannya mencoba untuk mengungkapkan jalan dari pemberontakan yang dikomandoi oleh Letnan Kolonel Untung. Secara ilmiah, John Roosa menyajikan fakta-fakta beserta hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan G 30 September serta para pelakunya. Dari hasil penelitiannya, terungkap kejanggalan-keejanggalan dari peristiwa G 30 September.

Letnan Kolonel Untung merupakan pimpinan Gerakan 30 September 1965. Untung membawahi Brigadir Jenderal Supardjo yang merupakan pengawal Presiden Soekarno. Didalam tatanan militer, sangatlah mustahil bawahan mengomandoi pimpinannya. G 30 September merupakan penamaan dari aksi yang dilakukan pada hari berikutnya, 1 Oktober 1965. Pada hari itu, anggota-anggota G 30 S memproklamirkan diri dengan menguasai radio RRI setelah hari sebelumnya menculik para petinggi militer yang pada akhirnya dikenal sebagai Pahlawan Revolusi. Melalui radio RRI, mereka menyatakan bahwa pergerakan yang dilakukan sebagai upaya melindungi Soekarno dari para kup sayap kanan. Beberapa jam kemudian, mereka mendemisioner kabinet pimpinan Soekarno. Penamaan dari pergerakan ini seharusnya dinamai sesuai dengan hari saat pertama kali mereka menyatakan keberadaan mereka ke publik. 

Selanjutnya, kudeta yang dilakukan terkesan abal-abalan. Komplotan G 30 S tidak dilengkapi dengan persenjataan yang memadai dalam usahanya mengkudeta rezim Orla. Sehingga dengan mudahnya, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (KOSTRAD) menumpasnya. Selain itu, nama Soeharto tidak termasuk dalam target operandi komplotan G 30 S. 

Sampul Belakang
Fakta selanjutnya, menurut buku-buku sejarah yang beredar selama puluhan tahun, para korban G 30 S sebelum dibunuh terlebih dahulu disiksa dengan cara disayat menggunakan silet, ditembak dan matanya dicongkel. Hal ini terbantahkan dengan ditemukannya Visum et Repertum (visum) dari dokter RSPAD Gatot Subroto yang menyatakan bahwa korban tewas karena ditembak dan ditusuk dengan memnggunakan bayonet.

Fakta-fakta diatas merupakan potongan kecil dari kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Untuk lebih jelasnya, langsung saja membacanya. Saya menyediakan link download bagi para peminat sejarah bangsa ini. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.




DOWNLOAD EBOOK




Panduan download file:
  • Setelah mengklik tulisan DOWNLOAD EBOOK diatas, maka link akan mengarahkan ke Adfly.
  • Tunggu selama 5 detik, selanjutnya akan muncul tulisan SKIP ADD
  • Tekan SKIP ADD, selanjutnya akan muncul laman dengan tampilan berikut:
  • Untuk mendownload silahkan klik tombol yang dilingkar merah

0 komentar:

E-book Gratis Viewer

Content of E-book Gratis

E-book Gratis

Loading...

Labels